MinNeul's Home

The Story Of Edelweis & Sunflower (17)


A9rdYsRCIAE1No3.jpg large

Author: @ittibanwife & @magnificentSJ

(Project Duet Orange Pumpkin Girl with Clouds Merah Muda)

Disclaimer : This is just FanFiction. The Casts belongs to their self, , their family and GOD. But the story belonging to us. Copy-Paste our story is NOT ALLOWED without our permission.

Happy Reading ^-^

Don’t forget to leave your comment, gamsahamnida my beloved reader :3

Haneul menghempaskan tubuhnya diatas kasur empuk ruangan bernuansa jingga. Ia mencoba untuk memejamkan mata, berharap agar dapat tertidur secepatnya. Namun ada hal-hal yang tak bisa dipungkiri mengganggu pikirannya, menyita perhatiannya. Sungmin, ia teringat ucapan lelaki itu.

 

“Uri Eomma dan Appa saat ini sedang tidak ada di Korea, mereka sedang ada perjalanan bisnis ke luar negeri.”

 

“Lalu, kapan Eomonim dan Abonim kembali ke Korea?”

 

“Mereka bilang secepatnya.”

 

Haneul menutup wajahnya dengan bantal, sebenarnya ia tak ingin memikirkan hal ini, tapi mengapa pikiran buruk itu mondar-mandir berseliweran memenuhi otaknya.

 

“Arrrrggggh!” Teriakan Haneul teredam oleh bantal yang menutupi wajahnya. Sekacau apapun pikirannya, ia masih bisa mengendalikan diri untuk tidak membuat kegaduhan dirumah keluarga Jung.

 

— you got message– ringtone ponsel milik Haneul berbunyi.

 

“Sudah tidur?”

 

From : Lee Sungmin

 

“Belum”

 

“Mau aku nyanyikan lagu pengantar tidur”

 

“Boleh”

 

“Angkat telfon dariku yaa”

 

“Eo”

 

Setelah panggilan masuk di ponselnya terlihat, Haneul menekan tombol accept lalu menempelkan benda persegi panjang itu ditelinganya. Mengalunlah suara lembut milik Sungmin.

 

Lying beside you, here in the dark.
Feeling your heart with mine.
Softly you whisper.
You’re so sincere.
How could our love be so blind.
We sailed on together.
We drifted apart.
And here you are by my side.

 

So now I come to you, with open arms.
Nothing to hide,believe what I say.
So here I am, with open arms.
Hoping you’ll see,What your love means to me.
Open arms..

 

Living without you,living alone.
This empty house seems so cold.
Wanting to hold you, wanting you near.
How much I wanted you home.
But now that you’ve comeback.
Turned night into day, I need you to stay.

 

So now i come to you, with open arms.
Nothing to hide,believe what I say.
So here I am, with open arms.
Hoping you’ll see,What your love means to me.
Open arms..

 

[Lyric ‘Open Arms’ sang by Sungmin on Sukira (12/05), original song by Journey]

 

Sungmin menyanyikan ‘Open Arms’ hingga bait terakhir. Di akhir lagu, terdengar manly voice milik seorang Lee Sungmin “Jung Haneul, saranghae.. Jaljayo.. Good night.”

 

Gamsahaeyo, Oppa,” seperti terhipnotis, semua hal buruk yang sedari tadi Haneul pikirkan menghilang tergantikan dengan perasaan tenang dan nyaman.

 

Entah apakah seorang Lee Sungmin itu seorang penyihir atau bukan, tapi suaranya.. suara lembut milik Sungmin sanggup menghangatkan hatinya.

 

Haneul memutus sambungan telfonnya. Ia teringat pada Minhee yang seharian ini sulit dihubungi. Sebelum benar-benar terlelap, Haneul memutuskan untuk menelfon Minhee. Tapi nada sibuk yang ia dapatkan. Haneul mendengus.

 

“Han Minhee, sebenarnya apa yang sedang kau lakukan, huh?” Batin Haneul.

 

***

 

One message received.

 

‘Minhee-ah, mianhaeyo… Aku benar-benar tidak bermaksud berkata seperti itu. Ingatkah kau? Kaulah satu-satunya orang yang membantuku menemukan gantungan kunci clownfish ku? Ingatkah kau? Kaulah satu-satunya orang yang sering berjalan pulang bersamaku? Ingatkah kau? Kaulah satu-satunya orang yang selalu ku mintai pendapat soal masalah hatiku? Hanya kau. Uri Han Minhee. Temui aku besok di bawah ring basket, setelah mata kuliah terakhirmu selesai.’

 

Minhee menghela nafas, lalu meletakkan iPhone itu disebelahnya. Ia masih duduk diatas ayunan di balkon rumahnya, sambil memeluk kedua kakinya. Pikirannya bercampur-aduk dalam kepalanya. Sudah seharian ini Donghae menelfonnya, namun tak satupun panggilan Donghae yang dijawab oleh Minhee. Sampai akhirnya pada hampir tengah malam itu, Donghae mengirimi Minhee sebuah sms yang sama sekali tak berniat untuk dibalas oleh Minhee.

 

Malam itu, Minhee membiarkan rambut panjangnya terurai melebihi syal merah muda yang ia kenakan. Lalu, ponselnya bergetar lagi.

 

One message received.

 

“Ah, Lee Donghae… Ku mohon berhentilah menggangguku,” ujarnya pelan sambil meraih ponselnya.

 

‘Terima kasih sudah memakai pakaian yang hangat malam ini. Sudah larut malam, bagaimana jika kau pergi tidur?’

 

Ternyata sebuah pesan singkat dari Jongwoon.

 

Minhee langsung beranjak dari ayunan dan berlari kecil menuju pagar balkon rumahnya. Dan benar saja, ia melihat sesosok lelaki dengan rambut model messy hair berwarna hitam pekat sedang berdiri di depan pintu rumahnya, dengan sepedanya. Minhee tersenyum pada lelaki itu. Jongwoon.

 

Jaljayo~ Tidurlah, sudah larut malam.” Ujar Jongwoon.

 

“Uhmm.. Aku tidak mengantuk.” Kata Minhee.

 

“Lalu…??” Tanya Jongwoon.
“Jadi begitu ceritanya… Menurutmu aku harus bagaimana?” Minhee mengakhiri ceritanya.

 

Pukul sebelas malam itu, Minhee dan Jongwoon sedang duduk di halaman rumah Minhee. Minhee membuatkan teh susu hangat untuknya dan Jongwoon.

 

Sambil sesekali meneguk teh susunya, Jongwoon menjawab, “Apa yg dikatakan temanmu itu tidak sepenuhnya benar. Bukannya Haneul melupakanmu, tapi siapa tahu kalau sebenarnya dia menghubungimu setiap waktu? Masalahnya, ponselmu itu dipenuhi dengan panggilan dari orang lain.” Jongwoon menoleh kearah langit, “Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kau tahu kan, banyak sekali orang yang mencintaimu. Kau itu seorang yeoja yang ceria, penuh semangat, menarik…,”

 

“Jongwoon-ssi…,” panggil Minhee.

 

Jongwoon tersadar dari apa yang baru dikatakannya, “Ne? Ah, joesonghamnida… Choneun…,”

 

“Pernahkah kau… Memposisikan dirimu dimana kau berada diantara dua pilihan yang sulit?” Tanya Minhee tiba-tiba.

 

“M-maksudmu?”

 

“Ketika kau harus memilih antara… Menjadi seseorang yang selalu ada untuk orang yang kau sukai tapi orang itu tidak mencintaimu… Atau menjauh darinya tapi kau akan merasa sakit?”

 

‘Aku sedang berada di posisi itu, Minhee-ah…’ Batin Jongwoon.

 

“Kalau kau berada di posisi seperti itu… Apa yg akan kau pilih?” Tanya Minhee serius, kedua bola matanya tepat mengarah pada kedua bola mata Jongwoon.

 

Jongwoon menatap Minhee dalam-dalam, “Aku akan menjadi seseorang yang selalu ada untuk orang yang aku cintai, tak peduli ia mencintaiku atau tidak. Selama dia bisa merasa nyaman berada di dekatku, apapun akan ku lakukan untuk membuatnya tersenyum. Aku tidak ingin melihat senyumnya memudar dari wajahnya, atau melihat setitik airmatanya jatuh. Yang aku mau hanya dia bahagia, meskipun… Bukan aku yang ada disampingnya…,”

 

Jongwoon tetap menatap Minhee dengan tatapan yang dalam, sampai akhirnya Minhee merasa kikuk sendiri.

 

“Ah, euuu… Arasseo, arasseo…,” Minhee mengalihkan pandangannya kearah lain.

 

Jongwoon menunduk, “Mianhamnida..” Katanya pelan.

 

Minhee hanya tersenyum.

 

“Oh ya, karena seharian ini Jongjin dan Abeoji yang berada di Mouse and Rabbit, aku jadi bisa jalan-jalan sebentar. Tadi aku melihat sesuatu di toko.” Jongwoon terlihat sedang merogoh saku celana jeansnya. Lalu ia mengeluarkan sebuah gelang perak sederhana yang terdapat sebuah hiasan berbentuk bunga matahari yang tergantung bebas di salah satu sisinya.

 

“Whoaaa~ ippeuda…,” Mata Minhee berbinar.

 

“Untukmu,” kata Jongwoon.

 

Mwo?”

 

“Ini untukmu. Entah kenapa saat melihat gelang ini, aku tiba-tiba teringat padamu.” Jongwoon menarik tangan kanan Minhee dan meletakkan gelang itu diatas telapak tangan Minhee.

 

Ka-kamsahamnida…,” Minhee terus memandangi sebuah gelang manis di telapak tangannya.

 

“Ah! Nan jeongmal pabo saramiya… Sini, biar aku bantu memakainya.” Jongwoon langsung bergegas memakaikan gelang itu ke pergelangan tangan kanan Minhee. “Anggap saja… Ini sebagai tanda persahabatan? Bagaimana?” Tanya Jongwoon.

 

Kini di pergelangan tangan Minhee terdapat sebuah gelang perak yang manis. Minhee mengangguk mantap “Ne… Bestfriend forever!!!!!” Seru Minhee sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

 

Jongwoon tersenyum, dan keduanya melakukan ‘pinky promise’.

 

Tak sengaja, Minhee menguap, lalu cepat-cepat ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.

 

Jongwoon terkekeh lalu ia mengacak-acak rambut Minhee, “Nah, sudah larut malam. Masuklah, udaranya semakin dingin.” Kata Jongwoon kemudian, sambil bangkit dari sikap duduknya.

 

“Ah, benar sekali. Maaf ya aku sudah merepotkanmu.” Kata Minhee.

 

Gwaenchanha… Annyeonghi jumuseyo, Minhee-ssi…,” kata Jongwoon sambil berjalan pelan menuju rumahnya.

 

Annyeonghi jumuseyo~” balas Minhee sebelum menutup pintu rumahnya.

 

***

 

Berbagai model gaun pengantin berjejer dihadapan Haneul. Sudah satu jam terlewati dan ia masih belum menentukan pilihan. Bagi Haneul pernikahan adalah peristiwa penting yang hanya akan terjadi satu kali dalam hidupnya, karena itu ia ingin tampil seistimewa mungkin. Haneul melirik Sungmin yang juga sedang disibukkan dengan aktivitas memilih tuxedo yang akan digunakannya dipernikahan mereka nanti. Mungkin bagi pria, akan lebih terasa mudah untuk memilih kemeja dan jas mana yang akan dikenakan, karena modelnya tak jauh berbeda. Tapi lain kasus dengan wanita. Karena terlalu banyak model gaun pengantin yang menurut Haneul semuanya bagus, hal itu justru membuatnya semakin bingung untuk memilih.

 

Oppa,” suara Haneul membuat Sungmin menghentikan aktivitasnya. “Oppa suka gaun pengantin yang seperti apa?”

 

“Euum~ gaun pengantin yang ketika kau mengenakannya maka Haneul ku akan menjadi wanita paliiiiing cantiiiik.”

 

Haneul terkekeh, “Eiiiiy,” lalu memukul pelan lengan Sungmin.

 

“Dicoba dulu saja, mana yang paling kau suka.. Take your time, nae gongjunim.”

 

Ne, arasoyo nae wangjanim.”

 

 

 

Di sisi lain, Minhee yang siang itu terlihat lesu sedang berjalan pulang ke rumah, melewati jejeran toko di Cheongdamdong. Niatnya, ia ingin jalan-jalan cuci mata untuk menghilangkan penat, namun apa yang dilihatnya? Haneul dan Sungmin yang sedang berada di dalam sebuah butik. Minhee mengamati kedekatan keduanya, sesekali ia mendapati Haneul yang tertawa lepas, kebahagiaan Haneul yang rasa-rasanya belum pernah Minhee liat sebelumnya.

 

Sosok Cho Kyuhyun beserta kata-katanya mulai menghantui Minhee.

 

“Kau tahu tidak? Orang yang akan menikah itu pasti menghabiskan waktu mereka bersama-sama supaya bisa lebih mengenal satu sama lain… Kau itu siapa?”

 

“Benarkah… Apa yang dikatakan namja evil itu? Aku ini siapa? Aku belum pernah melihat Haneul Eonnie sebahagia itu bila ia berada di dekatku. Apa mungkin… Sungmin Oppa memang orang yang pantas untuk Haneul Eonnie?” Minhee bermonolog dengan dirinya sendiri.

 

“Kenapa kau begitu yakin klo Eonnie mu akan bahagia dengan lelaki itu? Apa karena ia baik? Kau juga belum begitu mengenalnya bukan?”

 

Kata-kata yang dilontarkan Kyuhyun tempo hari semakin merasuki pikiran Minhee, membuatnya merasakan sakit yang amat sangat di kepalanya. Ia memejamkan kedua matanya, lalu memegangi kepalanya. Tubuhnya mulai gontai tak seimbang.

 

“Haneul Eonnie sudah melupakanku karena ia sudah menemukan orang yang bisa membahagiakannya… Donghae Oppa kecewa padaku karena aku tidak datang menemuinya… Aku bukan teman yang baik untuk Jongwoon… Kyuhyun membuatku sangat membencinya…. Lalu aku ini apa???”

 

BRUKKK!!! Semuanya gelap.

 

***

 

Minhee membuka matanya perlahan, orang pertama yang dilihatnya adalah Jongwoon, yang sedang tidur disebelah ranjang Minhee di Rumah sakit. Kepalanya bersandar diatas kedua tangannya yang terlipat diatas ranjang Minhee, namun tangan kiri Jongwoon memegang tangan Minhee.

 

“Jongwoon-ssi…,” panggil Minhee pelan.

 

Jongwoon terbangun dan sedikit mendongakkan kepalanya, “Minhee-ssi… Kau sudah siuman?” Tanyanya. Lalu ia menyadari bahwa tangan kirinya masih memegang tangan Minhee. “Eh, euuu… Joesonghamnida…,” ia langsung menarik tangan kirinya. “Aku tidak bermaksud apa-apa, hanya saja… Ku pikir aku bisa terbangun jika merasakan bahwa tanganmu bergerak… Tapi ternyata aku tidur terlalu lelap, ku rasa…,” Jongwoon menunduk.

 

Minhee mengangguk, “Hm, gwaenchanha…,”

 

“Ah ya, tadi orangtuamu sudah kemari dan sekarang sedang membelikan makan malam untukku. Haneul dan Sungmin yang membawamu kesini, mereka pulang lebih awal karena ada acara lain yg mendesak, makanya Haneul menghubungiku agar aku bisa menemanimu…,” cerita Jongwoon.

 

“Mouse and Rabbit?”

 

“Jongjin dan Abeoji… Mereka ada disana, tenang saja. Ah, sebaiknya kau makan dulu.” Jongwoon mengambil sebuah piring berisi makanan khas Rumah Sakit, menyiapkan makan malam Minhee.

 

“Eh… Euuu… Aku bisa makan sendiri. Hihi…,” kata Minhee tiba-tiba.

 

“Ah, ya…,” Jongwoon terlihat kikuk.

 

Keduanya bersikap agak aneh malam itu. Terlihat kaku.

 

“Oh ya, kau melihat ponselku tidak?” Tanya Minhee.

 

Jongwoon mengangguk, lalu ia mengambilkan tas tali Minhee. “Aku tidak menyentuh apapun, benda-benda milikmu.” Katanya bercanda.

 

Minhee hanya tertawa renyah sambil merogoh tas talinya, dan meraih iPhone nya.

 

15 panggilan tak terjawab. 5 dari nomor eomma, 10 dari nomor Donghae. 

 

“Benar saja… Dia pasti marah,” kata Minhee pelan.

 

“Hm?”

 

“Eh, ani… Temanku.” Minhee senyum lebar.

 

“Selamat makan!” Kata Jongwoon sambil memberikan sepiring nasi pada Minhee. “Aku akan memegang mangkuk sup nya untukmu,” Jongwoon duduk di sebuah kursi kecil disebelah ranjang Minhee, lalu dengan setia memegangi mangkuk sup Minhee.

 

“Waaaa gomapseumnidaaaa~” seru Minhee.

 

Jongwoon yang malam itu memakai setelan kaus putih lengan pendek yang dibalut jaket jeans memakai topi kupluk berwarna abu-abu kesukaannya, membuatnya terlihat lebih chubby dan imut, di mata Minhee. Keduanya banyak bercerita, tertawa bersama, sambil sesekali Jongwoon membantu Minhee mengambilkan minum atau membantu Minhee mengelap bibirnya yang terkena cipratan kuah sup, sampai tiba-tiba pintu bangsal Minhee diketuk seseorang.

 

“Ya???” Kata Minhee pada seseorang di balik pintu.

 

Lalu seseorang masuk ke dalam ruang perawatan Minhee dengan hati-hati.

 

===========================

 

 

 

 

 

 

 

One response

  1. Annyeong eonnie 🙂 aku new readers disini. Dan akhirnyaaa… Nemu wp tentang uri sungmin juga…
    Eonnie.. Aku belum sempet baca yang part satu, mungkin besok aku ngacak2 wp eonnie 😀
    ceritanya bagus cuma aku belum ngeh gegara blm baca dari awal…

    May 25, 2013 at 9:55 PM

Leave a reply to Jasmine Cho Cancel reply